WELCOME !

HAVE FUN !

Jumat, 22 April 2011

Teori Penetrasi Sosial

Teori Penetrasi Sosial

Untuk memahami kedekatan hubungan antara dua orang, Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengonseptualisasikan Teori Penetrasi Sosial. Mereka melakukan studi mengenai ikatan sosial pada berbagai macam tipe pasangan dan teori ini menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan sebuah proses yang diidentifikasikan sebagai penetrasi sosial. Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi supervisial menuju komunikasi yang lebih intim. Keintiman disini lebih dari sekedar keintiman secara fisik, termasuk intelektual dan emosional, dan hingga pada batasan dimana pasangan melakukan aktivitas bersama. Proses penetrasi sosial mencakup perilaku verbal (kata-kata yang digunakan), perilaku non verbal (postur tubuh, senyum, dsb) dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara komunikator, objek fisik yang ada di lingkungan, dsb).
Terdapat beberapa asumsi Teori Penetrasi Sosial. Pertama, hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim. Contoh : Sharon adalah wanita dewasa yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah kantor pemerintahan. Saat ini dia berhubungan dengan seorang duda yang memiliki anak perempuan bernama Lisa. Sharon dan pria tersebut berencana akan menikah dan secara tidak langsung Sharon harus mengenal Lisa. Saat pertemuan yang pertama Sharon berusaha mengajak berbicara mengenai masalah yang sepele dan Sharon berusaha memahami karakter Lisa dan berusaha menempatkan posisi dimana Sharon menjadi sahabat Lisa. Dalam hal ini Sharon berusaha membangun hubungan dengan Lisa sehingga sejalan dengan waktu hubungan Lisa dan Sharon dapat menjadi jauh lebih intim. Asumsi kedua, Teori Penetrasi Sosial berhubungan dengan prediktabilitas. Teorikus berpendapat bahwa hubungan – hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Dalam contoh tersebut kita dapat menebak bahwa jika Sharon mulai membangun hubungan dengan Lisa, dia harus dapat mengatasi sikap Lisa yang mungkin kurang begitu mnyukainya karena dia akan menjadi ibu baru bagi Lisa. Kita juga dapat menduga bahwa hubungan ini dapat menjadi lambat ketika Sharon dan Lisa berusaha mengatur perasaan dan emosi mereka. Asumsi ketiga, perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (menarik diri) dan disolusi. Dalam sebuah hubungan dapat menjadi berantakan sehingga dapat menyebabkan disolusi dan penarikan diri terhadap hubungan tersebut. Contohnya : Sharon akan menghadapi masalah dimana Lisa tetap tidak mau menerimanya sebagai ibu baru dan Sharon mulai menarik diri dan mungkin membatalkan niatnya menikah dengan ayah Lisa. Dalam hal ini Sharon mengalami disolusi sehingga dia memutuskan suatu hal yang lebih baik menyakitinya daripada menyakiti hati Lisa. Asumsi yang terakhir, Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan. Pembukaan diri dapat didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Jika Sharon memahami tantangan dalam hubungannya dengan Lisa ketika Lisa menceritakan mengenai perasaannya dengan ibunya dan memahami keterbukaan diri Lisa terhadap Sharon yang akan menjadi ibu barunya. Dalam hal ini keterbukaan antara Sharon dan Lisa akan membawa dampak positif, dimana mereka akan memulai hubungan yang jauh lebih intim yaitu sebagai ibu dan anak. 
Dalam Teori Penetrasi Sosial, Altman dan Taylor menganalogikan dengan struktur kulit bawang, dengan lapisan-lapisan (berbentuk lingkaran) dari sebuah bawang yang mewakili berbagai aspek dari kepribadian seseorang.  Lapisan terluar adalah citra publik (public image) seseorang yang dapat dilihat secara langsung. Ketika proses komunikasi semakin berlangsung, maka akan terjadi proses Resiprositas (reciproty) atau proses dimana keterbukaan orang lain akan mengarahkan orang lain untuk terbuka. Ini adalah hal yang utama dalam Teori Penetrasi Sosial. Dalam penetrasi digunakan dua dimensi,yaitu keluasan (breadth) yang merujuk pada berbgai topik yang didiskusikan dalam suatu hubungan dan kedalaman (depth) yang merujuk pada keintiman yang mengarahkan diskusi mengenai suatu topik. Kesimpulannya adalah perubahan dalam pusat lapisan akan berpengaruh lebih banyak daripada lapisan luar dan makin besar kedalamannya, makin banyak kesempatan bagi seseorang untuk merasa rentan. Contohnya adalah ketika seorang mahasiswa memasuki perkuliahan untuk pertama kalinya. Dan mahasiswa tersebut bertemu dengan mahasiswa lainnya yang belum dikenalnya. Lalu, mereka berkenalan dan saling bertukar informasi mengenai diri mereka. Awalnya mereka menilai apa yang hanya tampak dari luar saja. Misalnya menilai asal daerah masing – masing mahasiswa. Ini termasuk dalam citra publik. Semakin lama mereka saling melakukan interaksi dan mulai memasuki proses resiprositas. Dimana mereka saling bertukar informasi mengenai jati diri mereka lebih mendalam.
Teori Penetrasi Sosial didasarkan pada beberapa prinsip Teori Pertukaran Sosial. Taylor dan Altman berpendapat bahwa hubungan dapat dikonseptualisasikan dalam bentuk penghargaan dan pengorbanan. Penghargaan adalah segala bentuk peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan dalam pasangan. Sedangkan pengorbanan adalah segala peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong munculnya perasaan negatif. Dalam mengatur kedekatan hubungan dapat dilakukan melalui penilaian rasio penghargaan/pengorbanan (reward/cost ratio) yang didefinisikan sebagai keseimbangan antara pengalaman hubungan yang positif dan negatif. Untuk memahami konsep penghargaan/pengorbanan ini, dapat dipahami melalui dua kesimpulan berikut yang diamati oleh Taylor dan Altman. Kesimpulan pertama, penghargaan dan pengorbanan memiliki pengaruh yang besar pada awal sebuah hubungan daripada setelah hubungan berjalan lama. Pengalaman interpersonal yang relatif sedikit dalam tahap awal, menyebabkan individu untuk lebih fokus kepada sebuah penghargaan atau pengorbanan. Kesimpulan kedua, hubungan dengan sumber pengalaman penghargaan/pengorbanan yang positif lebih mampu untuk mengatasi konflik secara efektif.
Secara sederhana, hubungan seringkali tergantung pada kedua pihak dalam menilai penghargaan dan pengorbanan. Jika pasangan merasa bahwa terdapat lebih banyak penghargaan daripada pengorbanan, kemungkinannya hubungan akan bertahan. Jika dianggap lebih banyak pengorbanan daripada penghargaan, hubungan mungkin akan melemah. Akan tetapi masing-masing dari pasangan tidak akan melihat sebuah masalah secara sama ; sebuah pengorbanan bagi individu mungkin dilihat sebagai penghargaan oleh individu lainnya. Pandangan pertukaran sosial bergantung kepada masing-masing pihak dalam sebuah hubungan untuk menghitung batasan hingga dimana individu-individu memandang hubungan sebagai sesuatu yang negatif (pengorbanan) atau positif (penghargaan). Contoh: Dewi dan Gery adalah sepasang kekasih. Dari segi umur, mereka berdua bisa dikatakan sudah pantas menikah. Akan tetapi Gery merasa masih belum yakin untuk menikah. Padahal Dewi sudah siap untuk menikah dengan Gery. Dewi mencoba sabar menunggu hingga Gery siap menikah dengannya. Bagi Gery, kesabaran Dewi selama ini dianggap sebagai sebuah penghargaan yang akan membuat hubungannya bertahan lama. Namun menurut Dewi, kesabaran yang dia berikan dan sikap Gery yang bimbang untuk menikah dengannya, ia anggap sebagai sebuah pengorbanan yang membuatnya ingin mengakhiri hubungannya dengan Gery.
Dalam proses berjalannya suatu penetrasi sosial melewati beberapa tahap. Tahap yang pertama dalam proses tersebut adalah tahap orientasi. Tahap orientasi merupakan tahap awal dimana baru ada sedikit dari kita yang kita bagikan kepada orang lain. Dalam tahap ini hubungan antar orang  mempertukarkan hal-hal klise dan orang cenderung berusaha berbuat sopan dan baik sesuai aturan sosial yang ada. Contoh: Angga adalah seorang pemuda yang berniat mendekati Ata. Mereka belum saling mengenal. Angga memasuki tahap perkenalan, dan memulai obrolannya dengan hal-hal yang umum dan belum terlalu pribadi sifatnya. Interaksi mereka masih bersifat impersonal. Angga berusaha sebaik mungkin untuk mendapat penilaian baik dari Ata.
Tahap kedua adalah tahap pertukaran penjajagan afektif atau memunculkan konsep diri. Dalam tahap ini kedua belah pihak yang berkomunikasi sudah mulai berani memunculkan dirinya yang sebenarnya. Komunikasi mulai bersifat spontan, namun masih sedikit, dan mulai ada cerita-cerita pribadi yang dibagi bersama serta frase-frase yang menjadi kesepakatan mereka. Dalam cerita Angga dan Ata, mereka mulai bercerita mengenai diri mereka. Angga mulai melepas sikap jaga imagenya dan tidak terlalu mengkhawatirkan penilaian Ata, karena mulai tahu seperti apa Ata. Mereka mulai menyepakati bersama suatu makna dalam hubungan mereka. Misalnya makna kencan untuk ajakan pergi keluar bersama.
Tahap yang ketiga adalah pertukaran afektif dimana didalam suatu hubungan mulai tercipta komitmen dan kenyamanan. Tahap ini ditandai dengan kedekatan yang lebih dari kedekatan tahap sebelumnya yang dapat dikatakan sebagai hubungan persahabatan. Hubungan ini mulai diwarnai idiom-idiom pribadi yang maknanya disepakati bersama-sama. Contoh idiom dalam cerita Angga dan Ata misalnya adalah panggilan sayang yang mereka sepakati bersama. Misalnya ”Hun” dan “babe”. Dalam tahap ini, komunikasi bersifat spontan karena konsep diri sudah diperkenalkan seperti apa, sehingga tidak perlu menutupi seperti apa diri seseorang yang sebenarnya. Obrolan yang dibicarakan mulai mendalam.
Tahap terakhir dalam proses ini adalah pertukaran stabil dimana terdapat pertukaran total dan keintiman. Dalam tahap ini  pihak-pihak yang berkomunikasi mengungkapkan perasaan, pikiran dan perilakunya secara terbuka. Perilaku yang terbuka antar pihak melahirkan spontanitas dalam komunikasi dan suatu keunikan diadik dimana kualitas hubungan kedua pihak nyata dan berbeda dari hubungan lainnya. Dalam tahap ini, Ata dan Angga telah menjalin hubungan pacaran. Tidak ada hal yang ditutupi antara Angga dan Ata. Keduanya saling mengenal pribadi lawan komunikasi. Kesalahan interpretasi makna antara keduanya relatif sedikit karena mereka sudah menciptakan makna-makna bersama untuk berbagai informasi. Seperti misalnya, Ulang tahun memiliki makna yang menyedihkan bagi Angga, maka Ata akan menyikapi dengan tepat seperti yang Angga harapkan ketika dia sedang berulangtahun. Angga dan Ata dalam hubungan mereka telah membuat keunikan hubungan mereka sendiri.

sumber :
West, Richard dan Lynn Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. 2008. Jakarta: Salemba Humanika.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar