WELCOME !

HAVE FUN !

Minggu, 24 April 2011

Wisdom Quotes

"If we have no peace, it is because we have forgotten that we belong to each other" — Mother Teresa

"It's not how much we give but how much love we put into giving."— Mother Teresa

"If you judge people, you have no time to love them." — Mother Teresa

"Yesterday is gone. Tomorrow has not yet come. We have only today. Let us begin." — Mother Teresa

"I'm a little pencil in the hand of a writing God, who is sending a love letter to the world." — Mother Teresa

"Live simply so others may simply live." — Mother Teresa

"do not wait for leaders; do it alone, person to person." — Mother Teresa

"Do not think that love in order to be genuine has to be extraordinary. What we need is to love without getting tired. Be faithful in small things because it is in them that your strength lies." — Mother Teresa

"Love is a fruit in season at all times and within reach of every hand." — Mother Teresa 
 

Sabtu, 23 April 2011

UNTITLED (Part One)

Arrrrgghhh!!!!
Deta merasa frustasi menghadapi soal ulangan matematika barusan. Ada sepuluh soal dengan angka-angka yang membuat mata Deta berkunang-kunang, dan dari semua soal itu Deta hanya bisa menjawab tiga diantaranya. Itu pun sudah beruntung kalau jawabannya benar.
“Yak kumpulkan lembar jawab kalian sekarang juga!” perintah Pak Sunu tegas. Suaranya yang berat dan kumisnya yang tebal membuat Deta semakin jengkel. Disaat semua mulai sibuk mengumpulkan lembar jawab, Deta mencoba mencari contekan pada Clara, teman sebangkunya.
“Ssst..liat dong,” bisik Deta pelan.
“Nih, satu soal aja ya” Baru saja Deta hendak menyalin jawaban Clara, Pak Sunu sudah berdiri di sampingnya.
“Ehmmm..” Deta menoleh.
“Kamu ini jangan macem-macem ya sama bapak. Cepat sini kumpulkan!” Deta akhirnya menyerahkan lembar jawabnya dengan pasrah. Yahh, begini lah nasib Deta kalau sudah menyangkut soal matematika. Pasti selalu bernasib jelek. Dari dulu Deta memang paling benci pelajaran eksak. Maka dari itu Deta memilih jurusan IPS di kelas dua ini. Tapi ternyata oh ternyata, ada matematika juga.
“Gimana, Ta? Berapa soal yang bisa lo jawab?” tanya Clara dengan antusias. “Tumben ya soal ulangan kali ini gampang,” tambah Clara.
“Bisa-bisanya Pak Sunu bikin soal kayak gitu. Iya Clar, gampang banget soalnya. Saking gampangnya gue cuma bisa jawab tiga soal,” kata Deta sinis. Berbeda dengan Deta, Clara, teman sebangku Deta ini memang anaknya pinter. Yahh, juara kelas gitu deh. Tapi dia memang agak pelit kalau soal kasih contekan. Jarang banget Deta bisa dapet contekan dari Clara. Katanya sih kalau dia sering kasih contekan, sama aja dengan dia bikin Deta bodo secara ngga langsung. Memang sih alasan Clara bener juga, tapi kan kasih contekan sekali-kali juga ngga papa dong. Itung-itung amal nolongin temen yang kesusahan. Hehe..
“Hhhahaha.. bego lo ahh!”
“Ahh elo, bukannya prihatin malah ngledekin gue,” kata Deta sambil beranjak dari bangkunya.
“Ehh mau kemana, Ta?”
“Kantin!” jawab Deta sambil berlalu.      
Satu hal yang selalu Deta lakuin kalau dia lagi stress adalah makan es krim. Ngga tahu kenapa kalau makan es krim moodnya bisa lebih membaik. Seperti sekarang ini. Deta sedang asyik duduk di bangku koridor kelasnya sambil menjilati es krim cone yang dibelinya dari kantin.
“Woii Deta! Iiihh, lo kayak anak kecil aja deh iih,” komentar Sasha, sahabatnya dari kecil, yang tiba-tiba saja sudah duduk di sampingnya.
“Pasti loe lagi bĂȘte ya. Emang kenapa sih neng? Lagi ada masalah apa kali ini?” cerocos Sasha. Sasha ini memang terkenal bawel . Beda dengan Deta yang lebih terkesan pendiem.
“Aduhhh..jangan makin ngerusak mood gue dong Sha,” omel Deta.
“Yeee kok sewot sih. Gue kan cuma nanya aja loe lagi ada masalah apa. Wuuu…”
“Loe kenapa sih? Jawab atuh neng,” ujar Sasha yang mulai gemes dengan Deta.
Deta bukannya menjawab pertanyaan Sasha malah terus asyik menikmati es krimnya. Bukan Sasha namanya kalau dia diam sampai disitu. Sasha terus mengoceh tanpa berhenti.
“Loe itu ya harusnya ngurangin kebiasaan loe makan es krim. Soalnya ya es krim itu bisa..bla..bla..bla..” Deta memasang earphone dan mulai menyalakan MP3 mungil yang selalu dibawanya kemana-mana. Setelah itu celotehan Sasha ngga terdengar lagi dan Deta mulai tenggelam dalam dunianya sendiri.
Beberapa saat kemudian, Deta melepas earphone yang terpasang di telinganya. “Uda selesai dengerin lagunya?” ucap seseorang di samping Deta. Deta menoleh. Dilihatnya seorang cowok tampan dengan senyum manis di wajahnya.
“Segitu asyiknya loe dengerin MP3 sampai-sampai loe ngga sadar gue duduk di sini,” ujar Ribas. Deta tersenyum menanggapi perkataan Ribas.
Deta kemudian teringat dengan Sasha. ‘Bukannya tadi Sasha duduk di sini, kok sekarang ngga ada ya?’ batin Deta.
“Mana Sasha?”
“Udah pergi daritadi. Dia kenapa sih kok tadi ngomel-ngomel ngga jelas gitu?”
“Hahahahha..Ngambek kali dia gara-gara gue cuekin,” jawab Deta tanpa perasaan bersalah.
“Parah loe. Tega banget sama sahabat sendiri” Deta tersenyum membayangkan ekspresi Sasha. Pasti tadi anak itu bete setengah mati. Biarin deh. Hehehe..
“Eh, kok lo ada disini?” tanya Deta penasaran.
“Yee..mang kenapa? Ngga boleh? Gue kan kangen ama cewek gue, makanya gue kesini”
“Iiiihhhihhh, ngga banget deh. Gombal”
“Siapa yang ngegombal. Gue serius tau kangen ama loe,” ujar Ribas sambil mengacak-acak rambut Deta dengan lembut. Satu tahun sudah Deta berpacaran dengan Ribas, kakak kelasnya di sekolah. Walaupun hubungan mereka berdua jauh dari kesan romantis dan sering berantem tapi semuanya berjalan dengan mulus dan baik-baik saja sampai saat ini.
“Ntar pulang sekolah gue tunggu di parkiran. Awas kalo lupa!”
“Kalau gue lupa gimana?”
“Mmm..jangan coba-coba ya neng. Abang ngga suka orang yang lupa sama janjinya,”ujar Ribas dengan ekspresi serius yang dibuat-buat.
“Hhhahaha..oke deh!”

 
Sepulang sekolah, Deta langsung menuju ke parkiran. Di tengah jalan Deta berpapasan dengan Sasha. “Hei Sha! Gue duluan ya!” sapa Deta ramah.
Sasha memalingkan mukanya ke arah lain dan berlalu begitu saja. Deta tertawa geli melihat tingkah sahabatnya itu. Sasha itu gampang banget ngambek dan gampang pula baikannya. Tinggal disogok aja pake kue bolu kukus, dia pasti udah normal lagi. Tapi urusan Sasha nanti aja deh. Hehe..
Saat Deta datang, Ribas sudah menunggu di atas motornya. Deta segera menghampiri cowok bertubuh tinggi tegap itu. “Heii,” sapa Deta sambil menepuk pundak Ribas.
“Dasar cewek! Lama banget sih neng,” ujar Ribas sambil mengulurkan sebuah helm pada Deta. Deta menerima helm itu dan memakainya.
“Tadi kan loe ngga bilang on time! Jadi jangan salahin gue dong kalau gue ngga ontime” Ribas menatap wajah cewek yang berdiri di depannya sambil tersenyum. “Elo nih ya pinter banget cari alasan. Jaket loe mana?”
“Gue ngga bawa,” jawab Deta singkat. Ribas kemudian melepaskan jaket hitamnya dan memberikannya pada Deta. “Nih pake jaket gue. Lain kali kalau mau pergi-pergi tuh jangan lupa bawa jaket”
“Mau kemana sih?”
“Pulang lah. Emang mau kemana lagi?”
“Yaelahh. Gue kira mau kemana, ternyata.. dasar loe ahh!”
“Kenapa? Mau protes?? Udah deh ahh. Bawel. Buruan gih naik”

            Deta sedang berada di teras belakang rumahnya. Deta membolak-balik buku catatannya dengan malas. Besok ada jadwal ulangan Sejarah, tapi sejak tadi pikirannya ngga konsen belajar. Pikirannya mengingat kejadian tadi siang terus. Dulu biasanya Deta  selalu pulang bareng Ribas. Tapi berhubung Ribas udah kelas3, dia ngga bisa sebebas dulu nganter jemput Deta. sekarang tiap pagi dan siang, Ribas harus mengikuti tambahan pelajaran di sekolah. Dan tadi siang Ribas berusaha nyempatin buat nganterin pulang Deta. Walaupun setelah itu dia mesti balik lagi ke sekolah buat tambahan pelajaran. Hmm..Deta jadi kangen sama Ribas.
                “Gimana mau dapet nilai bagus kalau kerjaannya malah ngelamun. Belajar yang bener dong!” tegur Ribas. Deta benar-benar kaget ketika mendapati Ribas sudah berdiri di sampingnya.
                “Elo tuh ya kayak jalangkung aja. Datang ngga dijemput pulang ngga diantar,” omel Deta.
“Hehehe..bisa aja loe. Masa gue yang ganteng gini disamain ama setan. Ckckck..kurang ajar loe!” Ribas tersenyum dan membelai rambut Deta.
“Loe kok bisa kesini? Ngga belajar?”
“Udah tadi. Yah sekali-kali gue butuh refreshing lahh,” jawab Ribas dengan santainya. “Besok ada ulangan? Apa?”
“Sejarah”
“Trus kok loe malah ngelamun? Metode belajar terbaru ya?” ledek Ribas.
“Suka-suka gue dong. Gue kan juga butuh istirahat. Masa belajar mulu. Emang loe doang yang butuh refreshing,” balas Deta.
“Ahh cari alasan aja loe. Sini gue bantuin!” Ribas mengambil buku yang sedang dipegang Dita dan membaca-baca catatannya.
Selama kurang lebih satu setengah jam, Ribas tanya jawab dengan Deta seputar bahan ulangan Sejarah besok. “Udah ahh. Istirahat dulu. Capek nih otak gue,” pinta Deta.
“Mau minum ngga? Bentar ya gue ambilin dulu,” ujar Deta sambil beranjak ke dapur. Tak lama setelah itu, Deta kembali dengan membawa dua botol kecil Pocari. “Nih,” ujar Deta sambil memberikan salah satu botol yang dipegangnya pada Ribas.
“O iya, bukannya loe tadi ada ulangan matematika? Bisa ngga?”
“Haha.. bisa gila gue ngerjainnya. Susah banget”
“Ahh..itu sih elo aja yang bego. Iya kan?” ledek Ribas. Sebuah cubitan mendarat di lengan kiri Ribas. “Awww..sakit dong sayang”
“Hhhaa?? Loe panggil gue apa? Sayang? Ngga salah denger nih?”
“Apaan sih loe. Norak deh. Loe tuh ya ama pacar ndiri yang romantis dikit kek,” komentar Ribas.
“Najis!”
“Hahahaha..sialan!”
Mereka berdua tiba-tiba terdiam untuk beberapa saat. Sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri.
“Dulu gue sering nemenin loe belajar, nganterin loe pulang, nemenin loe main, makan es krim bareng, tapi sekarang gue jarang punya waktu buat nglakuin itu semua,” ujar Ribas yang memecah keheningan.
“Kadang gue merasa kangen pengin ngelakuin semua hal tadi bareng sama loe. Tapi gue ngerti kok sama kegiatan loe sekarang”
“Makasi ya sayang”
Deta tersenyum. Walaupun kadang dalam hatinya dia sering merasa kehilangan, tapi Deta mencoba memahami kondisi Ribas sekarang. Ribas memang sedang butuh banyak waktu untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian akhir dan ujian masuk perguruan tinggi.
“Udah tau mau kuliah dimana?” tanya Deta penasaran.
“Belum. Kalau gue kuliah diluar kota atau diluar negri gimana Ta? Loe setuju ngga?”
“Ya kalau itu pilihan loe, gue dukung lah”
“Loe ngga masalah pacaran jarak jauh?” Deta menggelengkan kepalanya tanda bahwa dia tidak keberatan dengan hal itu. Walaupun sebenarnya Deta tahu bahwa pacaran jarak jauh itu tidak mudah. Namun Deta sangat menyayangi Ribas dan tidak ingin kehilangannya.
“Masa? Ntar loe nangis pas gue tinggal,” goda Ribas mencairkan suasana.
“Wee..sok banget lo!”
“Hahaha..”
Deta mengamati jam tangan hitam yang dipakai Ribas. Waktu sudah menunjukkan jam sembilan lewat. Deta memberi isyarat pada Ribas untuk segera pulang.
Setelah berpamitan pada keluarga Deta, Deta mengantar Ribas sampai depan rumah.
“Gue balik dulu ya neng.  Belajar yang bener biar pinter. Jangan ngelamunin gue mulu,” kata Ribas yang sudah nangkring di motornya.
“Iyaa deh bang,” jawab Deta sambil tersenyum. “Ati-ati di jalan. Ngga usah ngebut. Ntar jangan lupa kasi kabar kalau udah sampai rumah,” tambah Deta yang langsung dijawab iya oleh Ribas.
“Eitss ada yang lupa,” kata Ribas. Ribas turun dari motornya dan menghampiri Deta. Ribas mencium kening Deta cukup lama. “Gud nite. Love you”
“Dah”
Ribas memacu motornya dan menghilang dari pandangan Deta. Ribas. Sosok laki-laki yang ada di dalam relung hati Deta yang paling dalam. Laki-laki yang bisa selalu membuat Deta tersenyum dengan gayanya sendiri. ‘Love you too,abang’ ucap Deta dalam hati.

Faktanya Aku

#FaktanyaAku ngga suka merasa sendiri dan kesepian. tapi aku sering memilih menyendiri dalam keramaian.

#FaktanyaAku ngga suka dengan orang yang egois dan keras kepala. Tapi aku sendiri egois dan keras kepala.

#FaktanyaAku selalu mencoba tersenyum walaupun kadang hati ini menangis.

#FaktanyaAku selalu ingin punya kulit putih karena sering diejek item.

#FaktanyaAku paling ngga suka dibohongi. Tapi justru aku sendiri sering berbohong.

#FaktanyaAku paling ngga suka melihat kekerasan. 

#FaktanyaAku kelihatannya aku cuek dan tidak peduli, padahal setiap detik aku selalu memikirkanmu. :)

#FaktanyaAku aku selalu senang bila Kamu tersenyum padaku kemarin, hari ini, dan nanti..

Jumat, 22 April 2011

ADDICTED - Simple Plan


I HEARD U’RE DOING OKAY
BUT I WANT U TO KNOW
IM A DICK
IM  ADDICTED TO YOU
I CANT PRETEND I DON’T CARE
WHEN U DON’T THINK ABOUT ME
DO YOU THINK I DESERVE THIS?

I TRIED TO MAKE YOU HAPPY BUT YOU LEFT ANYWAY

CHORUS
IM TRYING TO FORGET THAT
IM ADDICTED TO YOU
BUT I WANT IT AND I NEED IT
IM ADDICTED TO YOU
NOW ITS OVER
CANT FORGET WHAT YOU SAID
AND I NEVER WANNA DO THIS AGAIN
HEARTBREAKER

SINCE THE DAY I MEET U
AND AFTER ALL WE’VE BEEN THROUGH
STILL A DICK
IM ADDICTED TO U
I THINK U KNOW THAT ITS TRUE
ID RUN A THOUSAND MILES TO GET U
DO U THINK I DESERVE THIS

I TRIED TO MAKE U HAPPY
I DID ALL THAT I COULD
JUST TO KEEP U
BUT U LEFT ANYWAY

Miskin tapi Kaya

Ini mungkin curahan hati doang sihh.. Setelah bersemedi dan merenung beberapa hari, tiba-tiba aku baru sadar kalau aku ini memang orang yang BERUNTUNG. Kenapa beruntung?
Saolnya gini, aku ini cuma anak dari keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan. Orang tuaku profesinya sebagai guru SD dan SMP swasta yang gajinya ngga seberapa. Pas-pasan banget lah buat menghidupi kebutuhan sehari-hari keempat anaknya.
Dari kecil udah biasa hidup sederhana. Rumah sederhana, makan sederhana, pakaian sederhana, mobil pun sangat sederhana. Mobil suzuki keluaran tahun nenek moyang kali.. ahaha.. dan sekarang mobilnya udah dimuseumkan. wkwk..
Cuma aku merasa ngga pernah hidup kekurangan. Makan masih bisa pakai nasi 3 kali sehari. Mau mandi, ada air bersih. Mau nonton tipi, bisa karna ada listrik juga. Sekolah? Bisa tuh. Bahkan sampai ke Universitas lagi. Walaupun sebenarnya aku tahu, orang tuaku sampai direwangi utang sana sini. Inilah orang tua. Mereka akan melakukan apa saja agar anaknya bisa sehat, bahagia, dan sukses.
Segampang itu buat kuliah?? Ooo..tidak bisa. Aku juga harus berjuang sendiri biar bisa kuliah di salah satu universitas swasta di Jogja.
Waktu itu, selesai SMA aku sempat hampir ngga bisa kuliah. Alasannya sih klasik.. karena masalah biaya. Kedua kakakku kuliah di universitas negri semua, yang satu di Jogja dan satunya lagi di Solo. Sementara adek juga baru mau masuk SMA. Biaya yang harus dikeluarkan ortu ngga maen-maen lagi. Aku masuk kuliah, adek masuk SMA. SMAnya pun sekolah asrama di Muntilan. Pakai duit siapa coba itu semua??
Ortu cuma bilang mungkin aku bisa aja kuliah tapi di Solo aja. Karena kalau aku kuliah di luar kota, ngga ada biaya. terlalu besar biaya yang harus dikeluarin. Cuma aku merasa impianku bukan disitu. aku pengen kuliah di Jogja ambil jurusan komunikasi atau Bahasa Inggris. Akhirnya aku browsing dan download form beasiswa di universitas swasta itu. semua aku jalani prosesnya. Hingga akhirnya.. do u see...??? Aku bisa kuliah di Jogja dengan beasiswa full empat tahun kuliah. Yahhh..walaupun biaya kehidupannya cukup menguras keringat orang tua. Tapi aku ngga menyerah. aku juga ngga akan menyia-nyiakan ini semua dong..
kalau diitung-itung nih men..ortuku tuh kaya lagi.. biaya kos setahun itu bisa sampe 3.600.000.. dikali aja empat tahun berarti sekitar 14.400.000... WOW! Belum lagi biaya per bulannya. Itung aja setahun itu habis 12juta. Dikali 4 berarti total 48juta. Nahh kalau ditotal semuanya habis 62.400.000.. banyak juga ya uang yang dikeluarin ortu buat kuliahku aja. belum uang kuliah kakak dan uang sekolah adek.. Ckckck... duit dari mana itu coba. Soalnya kalau dipikir-pikir, gaji ortuku aja ngga bakal nyampe segitu.
Tuhan emang baik ya..
Banyak yang ngga bisa sekolah. Jadi, aku yang bisa sekolah sampai universitas ngga boleh dong nyia-nyiain kesempatan ini.
So, kayaknya aku harus lebih mensyukuri setiap nikmat yang udah Tuhan kasih deh dalam hidup. Kelihatannya kita kekurangan, tapi ternyata kita salah. Tuhan selalu memberi berkecukupan.

Teori Penetrasi Sosial

Teori Penetrasi Sosial

Untuk memahami kedekatan hubungan antara dua orang, Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengonseptualisasikan Teori Penetrasi Sosial. Mereka melakukan studi mengenai ikatan sosial pada berbagai macam tipe pasangan dan teori ini menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan sebuah proses yang diidentifikasikan sebagai penetrasi sosial. Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi supervisial menuju komunikasi yang lebih intim. Keintiman disini lebih dari sekedar keintiman secara fisik, termasuk intelektual dan emosional, dan hingga pada batasan dimana pasangan melakukan aktivitas bersama. Proses penetrasi sosial mencakup perilaku verbal (kata-kata yang digunakan), perilaku non verbal (postur tubuh, senyum, dsb) dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara komunikator, objek fisik yang ada di lingkungan, dsb).
Terdapat beberapa asumsi Teori Penetrasi Sosial. Pertama, hubungan-hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim. Contoh : Sharon adalah wanita dewasa yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah kantor pemerintahan. Saat ini dia berhubungan dengan seorang duda yang memiliki anak perempuan bernama Lisa. Sharon dan pria tersebut berencana akan menikah dan secara tidak langsung Sharon harus mengenal Lisa. Saat pertemuan yang pertama Sharon berusaha mengajak berbicara mengenai masalah yang sepele dan Sharon berusaha memahami karakter Lisa dan berusaha menempatkan posisi dimana Sharon menjadi sahabat Lisa. Dalam hal ini Sharon berusaha membangun hubungan dengan Lisa sehingga sejalan dengan waktu hubungan Lisa dan Sharon dapat menjadi jauh lebih intim. Asumsi kedua, Teori Penetrasi Sosial berhubungan dengan prediktabilitas. Teorikus berpendapat bahwa hubungan – hubungan berkembang secara sistematis dan dapat diprediksi. Dalam contoh tersebut kita dapat menebak bahwa jika Sharon mulai membangun hubungan dengan Lisa, dia harus dapat mengatasi sikap Lisa yang mungkin kurang begitu mnyukainya karena dia akan menjadi ibu baru bagi Lisa. Kita juga dapat menduga bahwa hubungan ini dapat menjadi lambat ketika Sharon dan Lisa berusaha mengatur perasaan dan emosi mereka. Asumsi ketiga, perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (menarik diri) dan disolusi. Dalam sebuah hubungan dapat menjadi berantakan sehingga dapat menyebabkan disolusi dan penarikan diri terhadap hubungan tersebut. Contohnya : Sharon akan menghadapi masalah dimana Lisa tetap tidak mau menerimanya sebagai ibu baru dan Sharon mulai menarik diri dan mungkin membatalkan niatnya menikah dengan ayah Lisa. Dalam hal ini Sharon mengalami disolusi sehingga dia memutuskan suatu hal yang lebih baik menyakitinya daripada menyakiti hati Lisa. Asumsi yang terakhir, Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan. Pembukaan diri dapat didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Hubungan yang tidak intim bergerak menuju hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Jika Sharon memahami tantangan dalam hubungannya dengan Lisa ketika Lisa menceritakan mengenai perasaannya dengan ibunya dan memahami keterbukaan diri Lisa terhadap Sharon yang akan menjadi ibu barunya. Dalam hal ini keterbukaan antara Sharon dan Lisa akan membawa dampak positif, dimana mereka akan memulai hubungan yang jauh lebih intim yaitu sebagai ibu dan anak. 
Dalam Teori Penetrasi Sosial, Altman dan Taylor menganalogikan dengan struktur kulit bawang, dengan lapisan-lapisan (berbentuk lingkaran) dari sebuah bawang yang mewakili berbagai aspek dari kepribadian seseorang.  Lapisan terluar adalah citra publik (public image) seseorang yang dapat dilihat secara langsung. Ketika proses komunikasi semakin berlangsung, maka akan terjadi proses Resiprositas (reciproty) atau proses dimana keterbukaan orang lain akan mengarahkan orang lain untuk terbuka. Ini adalah hal yang utama dalam Teori Penetrasi Sosial. Dalam penetrasi digunakan dua dimensi,yaitu keluasan (breadth) yang merujuk pada berbgai topik yang didiskusikan dalam suatu hubungan dan kedalaman (depth) yang merujuk pada keintiman yang mengarahkan diskusi mengenai suatu topik. Kesimpulannya adalah perubahan dalam pusat lapisan akan berpengaruh lebih banyak daripada lapisan luar dan makin besar kedalamannya, makin banyak kesempatan bagi seseorang untuk merasa rentan. Contohnya adalah ketika seorang mahasiswa memasuki perkuliahan untuk pertama kalinya. Dan mahasiswa tersebut bertemu dengan mahasiswa lainnya yang belum dikenalnya. Lalu, mereka berkenalan dan saling bertukar informasi mengenai diri mereka. Awalnya mereka menilai apa yang hanya tampak dari luar saja. Misalnya menilai asal daerah masing – masing mahasiswa. Ini termasuk dalam citra publik. Semakin lama mereka saling melakukan interaksi dan mulai memasuki proses resiprositas. Dimana mereka saling bertukar informasi mengenai jati diri mereka lebih mendalam.
Teori Penetrasi Sosial didasarkan pada beberapa prinsip Teori Pertukaran Sosial. Taylor dan Altman berpendapat bahwa hubungan dapat dikonseptualisasikan dalam bentuk penghargaan dan pengorbanan. Penghargaan adalah segala bentuk peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan dalam pasangan. Sedangkan pengorbanan adalah segala peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong munculnya perasaan negatif. Dalam mengatur kedekatan hubungan dapat dilakukan melalui penilaian rasio penghargaan/pengorbanan (reward/cost ratio) yang didefinisikan sebagai keseimbangan antara pengalaman hubungan yang positif dan negatif. Untuk memahami konsep penghargaan/pengorbanan ini, dapat dipahami melalui dua kesimpulan berikut yang diamati oleh Taylor dan Altman. Kesimpulan pertama, penghargaan dan pengorbanan memiliki pengaruh yang besar pada awal sebuah hubungan daripada setelah hubungan berjalan lama. Pengalaman interpersonal yang relatif sedikit dalam tahap awal, menyebabkan individu untuk lebih fokus kepada sebuah penghargaan atau pengorbanan. Kesimpulan kedua, hubungan dengan sumber pengalaman penghargaan/pengorbanan yang positif lebih mampu untuk mengatasi konflik secara efektif.
Secara sederhana, hubungan seringkali tergantung pada kedua pihak dalam menilai penghargaan dan pengorbanan. Jika pasangan merasa bahwa terdapat lebih banyak penghargaan daripada pengorbanan, kemungkinannya hubungan akan bertahan. Jika dianggap lebih banyak pengorbanan daripada penghargaan, hubungan mungkin akan melemah. Akan tetapi masing-masing dari pasangan tidak akan melihat sebuah masalah secara sama ; sebuah pengorbanan bagi individu mungkin dilihat sebagai penghargaan oleh individu lainnya. Pandangan pertukaran sosial bergantung kepada masing-masing pihak dalam sebuah hubungan untuk menghitung batasan hingga dimana individu-individu memandang hubungan sebagai sesuatu yang negatif (pengorbanan) atau positif (penghargaan). Contoh: Dewi dan Gery adalah sepasang kekasih. Dari segi umur, mereka berdua bisa dikatakan sudah pantas menikah. Akan tetapi Gery merasa masih belum yakin untuk menikah. Padahal Dewi sudah siap untuk menikah dengan Gery. Dewi mencoba sabar menunggu hingga Gery siap menikah dengannya. Bagi Gery, kesabaran Dewi selama ini dianggap sebagai sebuah penghargaan yang akan membuat hubungannya bertahan lama. Namun menurut Dewi, kesabaran yang dia berikan dan sikap Gery yang bimbang untuk menikah dengannya, ia anggap sebagai sebuah pengorbanan yang membuatnya ingin mengakhiri hubungannya dengan Gery.
Dalam proses berjalannya suatu penetrasi sosial melewati beberapa tahap. Tahap yang pertama dalam proses tersebut adalah tahap orientasi. Tahap orientasi merupakan tahap awal dimana baru ada sedikit dari kita yang kita bagikan kepada orang lain. Dalam tahap ini hubungan antar orang  mempertukarkan hal-hal klise dan orang cenderung berusaha berbuat sopan dan baik sesuai aturan sosial yang ada. Contoh: Angga adalah seorang pemuda yang berniat mendekati Ata. Mereka belum saling mengenal. Angga memasuki tahap perkenalan, dan memulai obrolannya dengan hal-hal yang umum dan belum terlalu pribadi sifatnya. Interaksi mereka masih bersifat impersonal. Angga berusaha sebaik mungkin untuk mendapat penilaian baik dari Ata.
Tahap kedua adalah tahap pertukaran penjajagan afektif atau memunculkan konsep diri. Dalam tahap ini kedua belah pihak yang berkomunikasi sudah mulai berani memunculkan dirinya yang sebenarnya. Komunikasi mulai bersifat spontan, namun masih sedikit, dan mulai ada cerita-cerita pribadi yang dibagi bersama serta frase-frase yang menjadi kesepakatan mereka. Dalam cerita Angga dan Ata, mereka mulai bercerita mengenai diri mereka. Angga mulai melepas sikap jaga imagenya dan tidak terlalu mengkhawatirkan penilaian Ata, karena mulai tahu seperti apa Ata. Mereka mulai menyepakati bersama suatu makna dalam hubungan mereka. Misalnya makna kencan untuk ajakan pergi keluar bersama.
Tahap yang ketiga adalah pertukaran afektif dimana didalam suatu hubungan mulai tercipta komitmen dan kenyamanan. Tahap ini ditandai dengan kedekatan yang lebih dari kedekatan tahap sebelumnya yang dapat dikatakan sebagai hubungan persahabatan. Hubungan ini mulai diwarnai idiom-idiom pribadi yang maknanya disepakati bersama-sama. Contoh idiom dalam cerita Angga dan Ata misalnya adalah panggilan sayang yang mereka sepakati bersama. Misalnya ”Hun” dan “babe”. Dalam tahap ini, komunikasi bersifat spontan karena konsep diri sudah diperkenalkan seperti apa, sehingga tidak perlu menutupi seperti apa diri seseorang yang sebenarnya. Obrolan yang dibicarakan mulai mendalam.
Tahap terakhir dalam proses ini adalah pertukaran stabil dimana terdapat pertukaran total dan keintiman. Dalam tahap ini  pihak-pihak yang berkomunikasi mengungkapkan perasaan, pikiran dan perilakunya secara terbuka. Perilaku yang terbuka antar pihak melahirkan spontanitas dalam komunikasi dan suatu keunikan diadik dimana kualitas hubungan kedua pihak nyata dan berbeda dari hubungan lainnya. Dalam tahap ini, Ata dan Angga telah menjalin hubungan pacaran. Tidak ada hal yang ditutupi antara Angga dan Ata. Keduanya saling mengenal pribadi lawan komunikasi. Kesalahan interpretasi makna antara keduanya relatif sedikit karena mereka sudah menciptakan makna-makna bersama untuk berbagai informasi. Seperti misalnya, Ulang tahun memiliki makna yang menyedihkan bagi Angga, maka Ata akan menyikapi dengan tepat seperti yang Angga harapkan ketika dia sedang berulangtahun. Angga dan Ata dalam hubungan mereka telah membuat keunikan hubungan mereka sendiri.

sumber :
West, Richard dan Lynn Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. 2008. Jakarta: Salemba Humanika.
   

Coordinated Management of Meaning (CMM)

Banyak orang menganggap percakapan mereka sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya. Ketika orang berbicara satu sama lain, mereka seringkali mengikuti pola yang dapat ditebak dan mereka bergantung pada norma sosial yang ada. Untuk memahami apa yang terjadi dalam sebuah percakapan, Barnett Pearce dan Vernon Cronen membentuk teori manajemen makna terkoordinasi.
Dalam percakapan dan melalui pesan-pesan yang kita kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia sosial kita, kita menggunakan berbagai aturan untuk mengkonstruksi dan mengkoordinasikan makna. Maksudnya, aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi diantara orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individual dengan masyarakatnya. Melalui sebuah struktur hirarkis, orang-orang mengorganisasikan makna dari beratus-ratus pesan yang diterima dalam sehari.
Menurut West dan Turner, terdapat 3 asumsi yang melatarbelakangi diskusi manajemen makna terkoordinasi (CMM). Asumsi pertama adalah bahwa manusia hidup dalam komunikasi. Asumsi diatas berarti manusia tidak dapat lepas dari kegiatan komunikasi serta proses pemaknaan peran dari kegiatan komunikasi tersebut.
Asumsi kedua adalah bahwa manusia saling menciptakan realitas sosial. Realitas sosial merujuk pada pandangan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai dengan interaksi interpersonalnya.
Asumsi ketiga berkaitan dengan cara orang mengendalikan percakapan. Dalam suatu percakapan antara satu individu dengan individu lain, terdapat satu pelaku yang bersifat sebagai pengendali percakapan. Pada dasarnya transaksi informasi tergantung pada makna pribadi atau makna yang didapat seorang dari pengalaman-pengalaman masa lalunya, serta makna interpersonal.
Manajemen makna terkoordinasi diorganisasikan dengan menggunakan hierarki makna. Para teoretikus CMM mengemukakan enam level makna : isi, tindak tutur, episode, hubungan, naskah kehidupan, dan pola budaya. Tiap tipe berakar pada tipe yang lain. Hierarki makna ini bukan merupakan sebuah system pengurutan yang pasti tapi merupakan sebuah model.
Level isi (content) merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. Level makna yang kedua adalah tindak tutur. Pearce mendeskripsikan tindak tutur (speech acts) sebagai tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara. Tindak tutur menyampaikan niat pembicara dan mengindikasikan bagaimana komunikasi harus dijalankan. Level makna yang ketiga adalah episode. Episode adalah rutinitas komunikasi yang memiliki awal, pertengahan, dan akhir yang jelas. Level makna yang keempat adalah level hubungan (relationship). Hubungan adalah kesepakatan dan pengertian antara dua orang. Selanjutnya adalah naskah kehidupan. Naskah kehidupan adalah kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan orang lain. Yang terakhir adalah pola budaya. Pola budaya (cultural pattern) atau arkeotip adalah gambaran mengenai dunia dan bagaimana hubungan seseorang dengan hal tersebut.
Contohnya, ketika dua orang berkenalan di kelas yang baru dan mereka saling menyebutkan nama, sebagai contoh “nama saya Siti” orang lain tersebut menangkap “nama saya Siti” sebagai isi. Setelah itu kedua orang tersebut memasuki level tindak tutur dengan percakapan. Seiring dengan intensitas bertemu terjalinlah rutinitas komunikasi antara mereka berdua, dan itulah yang disebut sebagai episode. Dengan berjalannya waktu mereka lebih saling mengenal antara satu dengan yang lainnya sehingga terjalinlah suatu hubungan. Setelah mereka berinteraksi dalam waktu yang lama mereka berdua akan mengalami proses dimana ada keceriaan yang mereka ciptakan, adanya masalah yang muncul antara mereka dan pada akhirnya mereka memunculkan realitas social diantara mereka dan mereka secara terus menerus menciptakan naskah kehidupan. Semenjak pertemanan mereka tersebut mereka akan memebentuk suatu pola budaya dimana mereka akan mengerti budaya dari masing – masing sehingga terciptanya suatu pengertian antara mereka dalam bersikap antara satu dengan lainya. Saat mereka berbagi pengalaman tentang jati diri mereka dan melewati episode-episode dalam hubungan mereka bersama-sama, mereka telah menyusun naskah kehidupan mereka yang berisikan pengalaman mereka. Sistem hubungan pertemanan mereka tersebut juga menciptakan pola pertemanan.
Saat dua orang memasuki percakapan mereka berusaha untuk mengartikan pesan – pesan yang berurutan. Usaha untuk mengartikan pesan – pesan yang berurutan tersebut disebut koordinasi. Ada tiga hasil yang muncul ketika dua orang sedang berbincang yang pertama mereka mencapai koordinasi, dimana dalam percakapan tersebut dua orang tersebut memiliki pemahaman yang sama. Kedua mereka tidak mencapai koordinasi, maksudnya adalah kedua orang tersebut memiliki interpretasi yang berbeda mengenai apa yang dikatakan satu sama lain. Terakhir mereka mencapai koordinasi pada tingkat tertentu, dimana kedua orang tersebut memiliki interpretasi yang berbeda namun pada akhirnya mereka menemukan suatu pemecahan dari bahasan mereka melalui proses kompromi.
Koordinasi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu moralitas dan ketersediaan sumber daya. Dalam hal ini moral terdiri atas etika dimana etika merupakan bagian yang intrinsik dalam setiap alur percakapan. Sedangkan ketersediaan sumber daya juga memberikan pengaruh terhadap proses koordinasi. Contohnya dua sahabat yang memiliki ketertarikan akan hal yang berbeda, misalkan si A senang terhadap sepakbola, secara tidak langsung dia memberikan simbol melalui baju tim kesukaannya,poster – poster,dll.  Simbol – simbol tersebut yang dinamakan sumber daya, saat sahabatnya melakukan interaksi dengan si A dia akan menyesuaikan topic percakapannya dengan hobi sahabatnya tersebut sehingga terjadi koordinasi yang baik dalam satu episode percakapannya.
Dalam CMM  terdapat aturan dan pola yang tidak diinginkan, karena komunikasi tidak selalu menjadi hal yang mudah dilakukan. Ada dua tipe aturan, yaitu adalah aturan konstitutif dan regulative.  Aturan konstitutif adalah merujuk pada bagaimana perilaku harus diinterpretasikan dalam suatu konteks. Dengan kata lain, aturan konstitutif  memberitahukan kepada kita apa makna dari suatu perilaku tertentu. Contohnya, saat seorang yang berasal dari Jawa Timur menyapa teman sesama daerahnya. Biasanya mereka mengatakan,”piye kabarmu cuk!”. Kata ‘cuk’ dimaksudkan untuk lebih mengakrabkan keduanya, meskipun kata tersebut tergolong kata kasar. Bila kata tersebut digunakan kepada orang lain, maka akan menimbulkan pemahaman yang berbeda, dimana kata-kata tesebut memiliki maksud mencela.
Aturan yang kedua adalah aturan regulatif, yaitu merujuk pada aturan tindakan  yang dilakukan oleh seseorang, dan menyampaikan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan. Misalnya, seorang tamu biasanya  tidak akan bertamu  pada malam hari karena dia mengerti akan aturan regulative, dimana dia seharusnya berperilaku..Sedangkan pola berulang yang tidak diinginkan adalah episode konflik yang berurutan yang terjadi berulang kali yang sering kali tidak diinginkan terjadi oleh individu yang terlibat dalam konflik. Para peneliti menjelaskan bahwa pola berulang yang tidak diinginkan ini terjadi karena dua orang memiliki sistem aturan berbeda dan mengikuti masing-masing sistem yang mereka yakini sehingga terjadi konflik berulang karena tidak ada titik temu dalam dua sistem aturan tersebut.  
Didalam hierarki terdapat beberapa level terendah yang dapat direfleksikan ulang dan mempengaruhi makna dari level – level yang lebih tinggi. Pearce dan Cronen menyebut proses berefleksi ini sebagai rangkaian atau loop. Dimana terdapat dua rangkaian yaitu rangkaian seimbang dan tidak seimbang. Ketika rangkaian berjalan dengan konsisten melalui tingkatan – tingkatan yang ada dalam hierarki Pearce dan Cronen menyebutnya sebagai rangkaian seimbang. Sedangkan rangkaian tidak seimbang adalah terjadi pada saat beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level – level yang tinggi dalam hierarki yang ada.
Jadi CMM adalah teori yang membantu kita agar dapat memahami dengan lebih mendalam bagaimana individu – individu saling menciptakan makna dalam percakapan. Bahkan teori ini membantu kita untuk memahami pentingnya aturan dalam sebuah situasi sosial. 

sumber :

West, Richard dan Lynn Turner. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. 2008. Jakarta: Salemba Humanika.